Indonesia Never Again
Chile sering kali disebut sebagai salah satu negara paling sukses di Amerika Latin. Dengan ekonomi yang tumbuh stabil selama beberapa dekade dan tingkat kemiskinan yang terus menurun, Chile seolah menjadi contoh bagi negara-negara berkembang lainnya, termasuk Indonesia. Namun, di balik kisah sukses itu, ada "paradoks" yang mengkhawatirkan sebuah fenomena yang dikenal sebagai The Chilean Paradox. Apa itu sebenarnya, dan mengapa ini bisa menjadi peringatan bagi Indonesia?
Apa Itu The Chilean Paradox?
The Chilean Paradox merujuk pada kontradiksi antara pertumbuhan ekonomi Chile yang pesat dan tingkat ketimpangan sosial serta ekonomi yang tinggi di negara tersebut. Meski angka-angka makroekonomi tampak positif—pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang stabil dan inflasi yang terkendali rakyat Chile merasa semakin jauh dari kesejahteraan.
Pada 2019, protes besar-besaran meledak di seluruh Chile. Apa yang memicu protes ini? Bukan hanya karena kenaikan tarif angkutan umum, tetapi akumulasi ketidakpuasan terhadap kesenjangan sosial yang menganga. Meski ekonomi berkembang, sebagian besar kekayaan hanya dinikmati oleh segelintir elit, sementara masyarakat umum masih bergulat dengan biaya hidup yang semakin tinggi, layanan publik yang buruk, dan kesulitan mengakses pendidikan serta kesehatan yang layak.
Mengapa Ini Relevan untuk Indonesia?
Sekilas, situasi di Indonesia mungkin tidak jauh berbeda. Indonesia, seperti Chile, telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil dalam beberapa tahun terakhir. Namun, pertumbuhan ini belum sepenuhnya merata. Data menunjukkan bahwa meski tingkat kemiskinan di Indonesia menurun, kesenjangan antara si kaya dan si miskin justru semakin melebar.
Indonesia menghadapi tantangan serius dalam hal ketimpangan ekonomi. Akses terhadap layanan kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur di daerah perkotaan jauh lebih baik dibandingkan dengan daerah pedesaan. Seperti yang terjadi di Chile, ada perasaan bahwa pertumbuhan ekonomi belum benar-benar dirasakan oleh seluruh rakyat. Ini menjadi peringatan penting bagi Indonesia, terutama jika kita tidak memperhatikan tanda-tanda awal dari ketimpangan yang semakin besar.
Dampak dari Ketimpangan
Ketimpangan sosial-ekonomi bukan hanya soal perbedaan pendapatan, tetapi juga akses terhadap kesempatan yang adil. Ketika orang-orang di lapisan bawah masyarakat merasa bahwa mereka tidak memiliki kesempatan untuk memperbaiki hidup mereka, rasa ketidakpuasan mulai mengakar. Ini yang terjadi di Chile, dan ini juga bisa terjadi di Indonesia jika pemerintah tidak segera mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki masalah ini.
Kita bisa melihat gejala-gejala serupa di Indonesia: protes buruh, ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan publik, hingga masalah pendidikan yang semakin mahal. Meski belum mencapai tingkat krisis seperti di Chile, tanda-tanda ini harus diwaspadai.
Apa yang Bisa Dipelajari dari Chile?
Dari The Chilean Paradox, ada beberapa pelajaran penting yang bisa diambil oleh Indonesia:
Pertumbuhan Ekonomi
Harus Disertai dengan Pemerataan Pertumbuhan ekonomi yang pesat memang penting, tetapi jika hasilnya hanya dinikmati oleh segelintir orang, maka dampaknya bisa menghancurkan. Pemerintah harus memastikan bahwa kebijakan ekonomi juga fokus pada pemerataan kesejahteraan.
Perbaikan Layanan Publik
Seperti halnya di Chile, akses terhadap pendidikan dan kesehatan yang layak menjadi salah satu sumber ketidakpuasan masyarakat. Indonesia harus memastikan bahwa anggaran untuk sektor-sektor vital ini digunakan secara efisien dan benar-benar memberikan dampak positif bagi rakyat.
Kebijakan Pajak yang Lebih Adil
Salah satu masalah utama di Chile adalah sistem perpajakan yang cenderung menguntungkan kalangan atas. Di Indonesia, kebijakan pajak juga harus ditinjau agar pendapatan dari sektor pajak bisa dialokasikan untuk program-program yang lebih pro-rakyat, seperti subsidi pendidikan, kesehatan, dan perumahan.
Peringatan bagi Indonesia
The Chilean Paradox memberikan peringatan serius bagi Indonesia. Meskipun pertumbuhan ekonomi adalah sesuatu yang patut diapresiasi, tanpa pemerataan yang jelas, keberlanjutan jangka panjang akan terancam. Indonesia harus belajar dari Chile, bahwa pertumbuhan ekonomi yang stabil tidak cukup jika tidak disertai dengan kebijakan yang adil dan inklusif.
Untuk mencegah Indonesia jatuh ke dalam jurang yang sama, penting bagi pemerintah dan seluruh elemen masyarakat untuk mendorong kebijakan yang lebih berpihak pada pemerataan. Ketimpangan tidak hanya membahayakan stabilitas sosial, tetapi juga bisa menghancurkan kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.
Kesimpulan
The Chilean Paradox adalah contoh nyata bahwa pertumbuhan ekonomi yang tidak diimbangi dengan pemerataan hanya akan menciptakan krisis sosial. Indonesia, dengan semua potensi dan tantangannya, harus belajar dari pengalaman Chile. Jika tidak, kita bisa saja menghadapi protes serupa di masa depan. Tanda-tanda sudah ada, tinggal bagaimana kita bergerak cepat untuk mencegahnya.***ACT