Berbagai cara dilakukan oleh para politisi sekedar untuk meloloskan diri untuk menjadi penguasa. Tidak sedikit dari mereka yang mempertaruhkan harta benda nya untuk mendapatkan kedudukan, jabatan dan kekuasaan. Padahal sudah kaya, mapan, dan terkenal.Bahkan untuk meraih kekuasaan itu ada yang sampai mengorbankan pihak lain.
Jadi apa latar belakang nya sampai banyak anak manusia yang jorjoran mengejar jabatan dan kekuasaan? Ada apa dibalik kemenangan dalam kontestasi politik? Apakah untuk prestise, gengsi, atau kehormatan semu?
Sesungguhnya faktor faktor seperti itulah yang menjadikan politik itu kotor penuh intrik. Licik dan menjijikan. Idealisme nya duit duit dan duit.
Memang hanya dengan kekuasaan, begitu mudahnya untuk melakukan apa saja yang diinginkan. Tidak sedikit para pejabat atau pemimpin yang tidak menjalankan amanat konstitusi yang kemudian berubah menjadi pemimpin diktator otoriter yang kejam.
Kekuasaan yang telah digenggam hanya dijadikan alat untuk memperkaya diri dan meluapkan hawa napsu duniawi semata, ditengah penderitaan ekonomi rakyat yang mendera.
Negara ahirnya oleh orang orang yang sudah gelap mata oleh silaunya gemerlap duniawi, telah dijadikan badan usaha untuk mengeksploitasi sumber daya alam, dan dijadikan wahana proyek nasional yang bergelimang anggaran yang dibebankan sebagai hutang negara.
Belum lagi untuk melindungi diri dan kroni kroninya dari sorotan rakyat dan tindakan hukum, para penguasa tak jarang sering melakukan kriminalisasi, intimidasi, dan penyanderaan terhadap para aktipis dan rakyat yang vokal dalam menyuarakan keadilan dan kebenaran. Mereka bertindak atas nama pemerintahan dan negara.
Sulit mencari pemimpin yang adil, arip, sederhana dan bijaksana. Apalagi rakyat seperti di Indonesia sudah rusak pola pikirnya, karena tidak rasional. Mereka lebih emosional dan subyektif dalam menentukan sikap dan pilihan politik. Mereka tidak melihat jauh kedepan tetapi lebih melihat kepentingan sesaat dalam jangka pendek, karena rakyat selama ini diiming imingi oleh duit, sembako, dan kaos.
Soal visi misi dan tujuan politik semuanya bagus tak kalah dengan kata kata mutiara dan Hadis Nabi. Namun pas rakyat membutuhkan mereka tidak ada, mereka tidak hadir, mereka seperti bersembunyi dan lari dari tanggungjawab. Maka jangan aneh aksi demo pun sering terlihat menghiasi kantor DPRD dan Dinas Pemerintahan, untuk menuntut hak dan keadilan.
Sekarang di Indonesia sedang musim politik. Dari mulai pemilihan anggota DPRD, DPR RI, DPD, dan pemilihan Presiden. Rakyat digiring ke TPS untuk memberikan dukungan legitimasi buat para politisi yang akan duduk d ikursi empuk. Hanya beberapa menit proses pemilihan itu, namun dampaknya sangat panjang dan bisa berakibat fatal jika yang dipilih ternyata tidak amanah dan menyimpang dari konstitusi. Selain tidak bisa bekerja, juga koruptip manipulatip karena untuk mengembalikan cost atau modal politik yang telah dihamburkan pada saat kampanye.
Tidak menuduh calon si A, si B, atau Si C, yang bertabiat buruk, hanya diantara calon ada yang sudah duduk di kursi DPRD, ada yang sudah kelihatan jejak rekamnya. Integritas moral dan tindak tanduknya bisa dilihat dan dijadikan bahan analisa yang tajam dalam menentukan pilihan.
Lantas kita harus bagaimana untuk memilih dan menentukan pilihan yang benar benar sesuai dengan amanat konstitusi dan amanat penderitaan rakyat? Tinggal bagaimana menilai dan mengamati dengan cermat, cerdas, dan tepat. Kalkulasi politik harus benar benar diperhitungkan dengan cerdas dan elegan. Tidak mudah terpengaruh dan tergoda oleh bujuk rayu sesaat yang menyesatkan.
Kriterianya untuk calon pemimpin di Indonesia mudah, pertama beriman dan takwa terhadap Alloh SWT, kedua berani melakukan amar Ma'ruf nahi Munkar, ketiga dekat dengan warga miskin, keempat cerdas, adil, dan bijaksana. Ke lima jujur dan amanah, ke enam tidak melakukan korupsi. Dan terahir tegas dalam menentukan dan mengambil keputusan.
Terahir tidak egois! Selalu mau mendengarkan keluhan rakyat kecil, pendapat dan saran orang lain.
Semoga pilihan pada Pemilu bulan Pebruari 2024 mendatang mampu menghasilkan kandidat pemimpin yang sesuai dengan hati nurani dan menjalankan tuntunan hidup berbangsa dan bernegara yang baik dan benar.*** Daudi