MEDIA TINDAK.COM-Manusia adalah makhluk unik dan istimewa. Berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya, manusia dianugerahi unsur-unsur immaterial yang lengkap, yaitu: ruh, akal, hati, dan nafs (syahwat dan ghadlab) yang terbentuk dalam satu kesatuan yang disebut jiwa (soul). Dari komponen immaterial ini, manusia hakikatnya adalah sebagai makhluk spiritual. Masing-masing unsur tersebut memiliki fungsi yang berbeda.
Begitu juga dalam jiwa manusia, sesungguhnya ada unsur energi negatif yang dapat menghancurkan diri, lingkungan, dan peradaban, yaitu “penyakit hati” atau “amradlul qulub” yang menimbulkan sifat sangat buruk. Imam Al-Ghazali dalam kitab Bidayat Al Hidayah menuturkan bahwa ada tiga sifat hati yang sangat berbahaya, dimana sifat hati tersebut selalu muncul dari zaman ke zaman.
Yang dimaksud unsur energi negatif adalah mempunyai sifat Hasad.
Hasad adalah penyakit hati yang kelak akan dipertanyakan oleh Allah SWT kepada si penderitanya. Orang yang memiliki sifat hasad terkadang tidak merasa kalau dirinya memiliki penyakit yang berbahaya. Al-Qurthubi rahimahullah mengatakan, "Hasad (dengki) adalah dosa yang pertama kali dilakukan di langit dan di bumi.
Peristiwa kelam yang terjadi dibulan September adalah merupakan sifat dan sikap perilaku manusia yang memiliki rasa dengki terhadap hak azasi manusia itu sendiri. Seperti contoh berikut ini, adalah : 1. Tragedi '65.2.Peristiwa Tanjung Priok. 3.Tragedi Semanggi II.4. Pembunuhan Munir.5. Aksi Demonstrasi Reformasi Dikorupsi.
1. Tragedi 1965,tetap merupakan kenangan yang menyakitkan dan kontroversial dalam perjalanan negara bangsa ini. Dimana pada tanggal 30 September 1965, peristiwa kelam dan biadab yang akan mengubah arah sejarah bangsa Indonesia.
Oleh karena adanya gsekelompok perwira militer yang berupaya untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Sukarno, memulai aksinya dengan menculik dan membunuh enam jenderal TNI.
2. Peristiwa Kerusuhan Tanjung Priok yang terjadi di Tanjung Priok, Jakarta Utara, 12 September 1984. Peristiwa ini merupakan peristiwa bentrokan antara aparat dan warga yang berawal dari urusan politik yang kemudian meluas menjadi masalah Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan (SARA). Pada peristiwa ini, sejumlah warga menghadang aparat militer bersenjata lengkap untuk menuntut pembebasan teman-teman mereka, yaitu para jamaah dan pengurus masjid yang ditangkap karena memasang pamflet yang dianggap “tidak bernapaskan Pancasila”.
3. Tragedi Semanggi I yang terjadi pada 11 sampai 13 November 1998. Pada saat itu, puluhan ribu mahasiswa dan elemen masyarakat sipil lainnya melakukan demonstrasi menolak pelaksanaan Sidang Istimewa MPR yang menunjuk BJ Habibie sebagai presiden menggantikan Soeharto. Demonstrasi tersebut berujung bentrokan yang terjadi antara massa dan aparat yang menyebabkan 17 warga sipil tewas dan 109 lainnya terluka.
4. Pembunuhan Munir, bangsa Indonesia kehilangan salah satu aktivis hak asasi manusia terkemuka, Munir Said Thalib. Peristiwa pembunuhan Munir pada tanggal 7 September 2004 tetap menjadi kenangan kelam dalam sejarah Indonesia dan masyarakat internasional.
Munir, seorang pendiri dan penggerak utama Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, dikenal karena perjuangannya dalam melawan pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia. Dia adalah suara yang berani yang membeberkan kejahatan negara dan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di berbagai tingkatan pemerintahan..
5. Aksi Demontrasi Reformasi Dikorupsi, seperti diketahui permasalahannya adalah masalah dari berbagai unjuk rasa ini adalah diterbitkannya berbagai undang-undang/maupun rancangan Undang-Undang kontroversial yang bermasalah oleh Pemerintah dan DPR. Ketika masyarakat sebagai pemilik kedaulatan menunjukkan ketidaksetujuannya secara terbuka justru dibalas oleh negara melalui aparat penegak hukumnya dengan tidakan yang brutal. Agar perlawanan warga padam sehingga negara dapat dengan leluasa mengeluarkan aturan dan kebijakan yang bertentangan dengan nalar publik tersebut.
Aksi nasional dengan tuntutan 7 Desakan yang mempersatukan berbagai macam elemen mulai dari mahasiswa, buruh, tani, nelayan, dan pelajar dilawan dengan aksi brutal dan kekerasan oleh aparat keamanan dengan penggunaan kekuatan yang tidak perlu atau berlebihan (unnecessary or excessive use of force). Dampak dari kebrutalan tersebut menjadikan 5 orang masa aksi meninggal dunia, diantaranya Immawan Randi dan Yusuf Kardawi, mahasiswa Universitas Halu Oleo; pemuda asal Tanah Abang, Maulana Suryadi; serta dua pelajar, Akbar Alamsyah dan Bagus Putra Mahendra.***
Sumber Dari Berbagai Literatur Pengetahuan Dan Pustaka Pribadi.
Iwan Singadinata.
#kominfokabupatentasikmalaya
#humaskabupatentasikmalaya
#semuaorang