by Faizal Assegaf (kritikus)
Seluruh rakyat di republik sudah sangat paham dengan modus pengalihan isu. Sejak skandal BTS terbongkar, berbagai akrobat muncul dengan berita ecek-ecek untuk mengelabui publik.
Minggu lalu sejumlah menteri turun gunung membuat keonaran di ruang publik dengan memompa isu seputar Al Zaytun. Upaya itu dibuat agar sidang perdana kasus BTS redup.
Tak berhasil, kini saat sidang kedua kasus BTS digelar, muncul kawanan pejabat di lingkaran Istana rame-rame otak-atik rumput di JIS. Kesan norak itu demi apa kalau bukan pengalihan isu.
Sebagian netizen terjebak tingkah lucu pejabat negara yang memalukan itu. Saling goreng di antara pro-kontra membuat medsos mendidih. Apa sih pentingnya berdebat soal rumput JIS?
Namun beberapa media tetap saja fokus memberitakan skandal BTS. Ini adalah kejahatan sangat luar biasa dalam praktek korupsi yang dilakukan pembantu presiden dan menyeret nama suami Ketua DPR Puan Maharani.
Di sidang kedua, Johnny G. Plate menyeret nama Presiden Jokowi. Intinya proyek yang berujung korupsi tersebut dibuat melalui persetujuan dan arahan presiden. Johnny memberi sinyal Jokowi ikut mengetahui dan bertanggungjawab.
Berita panas itu bergulir masif di kanal media online dan saluran TV. Namun, sebagian penghuni medsos terlanjur digiring berdebat kusir soal rumput JIS yang sengaja dimainkan oleh loyalis Jokowi.
Rakyat mesti jeli dan cerdas. Tidak boleh terjebak isu bualan yang dilempar oleh tangan-tangan penguasa. Yang tujuannya, berkali-kali untuk mengalihkan perhatian rakyat dari kasus-kasus besar.
Terlebih kelompok pro perubahan harus fokus mengawal setiap kasus kejahatan korupsi besar agar tuntas. Pengawasan yang serius dari rakyat tentu membuat pengadilan wajib jujur dan transparan.
Jangan mau dikadalin oleh buzzer pro Istana. Yang memang kerjanya mengelabui perhatian rakyat banyak dari masalah yang serius. Bongkar bongkar seterang-terangnya kasus BTS...!**"red
.
