Menolak eksploitasi dan politisasi bagi seorang pemain bola profesional sungguh patut dipuji dan dihormati dengan mengapresiasi segenap hati keberaniannya bersikap untuk melawan dengan resiko terburuk sekalipun, termasuk ancaman kehilangan pekerjaan. Karena sikap munafik dan hipokrit itu harus bersemayam di dalam hati yang jernih dan bening hingga kejujuran dan ketulusan hati menjadi tentram. Tak mungkin bisa dibohongi.
Keteguhan hati dalam jiwa seorang pemeluk Islam yang sejati ini adalah Idrissa Gana Gueye, pemain bola internasional dari Club PSG asal Senegal yang bermasalah ketika hendak bermain di Liga Francis untuk melawan Club Montpellier pada bulan Maret 2023 lalu.
Masalah yang viral pada bulan Maret 2023 itu sungguh menarik perhatian berbagai kalangan, tidak hanya di dunia internasional, tapi juga sampai ke pelosok desa Indonesia, hingga terkesan berita pesepakbola yang menolak memakai kaos berwarna pelangi karena menyiratkan sombol L687 pada hari antihomopobia, bifobia dan transfobia (anti phobia L687) yang sedang gencar dikampanyekan. Berits yang sampai Indonesia pada akhir Maret 2023 langsung melibas berita tak sedap pemerintah yang lagi gencar melarang agar ASN, TNI dan Polri (Aparatur Sipil Negara, Tentara Nasional Indonesia dan Polisi Republik Indonesia) untuk tidak membuat acara buka puasa bersama, karena pandemi Covid-19 masih dianggap jadi ancaman, kata Presiden Joko Widodo.
Jadi keengganan Idrissa Gana Gueye untuk tidak bermain selama pertandingan di Liga Fancis itu, jelas alasannya, tidak sumir, yaitu personal reason, tidak hendak mengenakan kostum Jersey dengan nomor punggung berwarna pelangi yang khas menjadi ikon atau logonya L687.
Berita terbaru tentang kejahatan dan kekejian untuk memecah belah agama dan membenturkan agama yang satu dengan agama yang lain, jelas semakin nyata sebagai bentuk dari hasrat ingin menjajah dengan cara terbaru yang dibungkus oleh proxy war dalam model imperialis pada era milineal sekarang ini.
Kisah perlawanan budaya khas keagamaan yang dilakukan Idrissa Gana Gueye ini boleh disebut sebagai budaya perlawanan (keagamaan) yang kuat dan kental dari sosok seorang pemeluk Islam sejati yang teguh dan kukuh.
Mereka yang tidak sepakat dengan sikap Idrissa Gana Gueye pun terus berdatangan. Yang pertama merasa terbakar jenggotnya adalah Presiden Federasi Olahraga L687 yang terus mendesak PSG memberi sanksi pada Idrissa Gana Gueye. Katanya, urusan agama tidak seharusnya dibawa masuk dalam olahraga. Padahal, jelas awal sial bermula justru dari gerakan anti phobia terhadap sejumlah masalah termasuk agama. Bahkan, menurut sumber utama berita ini, FA Prancis juga sudah memanggil dan mendesak Idrissa Gana Gueye meminta maaf. Tapi Idrissa Gaba Gueye ogah minta maaf. Bahkan siap dipecat dari Club, siap ditolak oleh Federasi.
Sikap arogan yang ditolak oleh Idrissa Gana Gueye tanpa rasa takut di-banned dari Liga Prancis atau hukuman lain termasuk ancaman deportasi atau bahkan ancaman kehilangan pekerjaan karena ancaman diputus kontraknya dengan PSG.
Hasrat dari berbagai pihak untuk memisahkan agama dari politik bahkan dari tata pemerintahan -- kekuasaan-- kini mendapat contoh yang baik dari bidang olahraga. Sebab bagi Idrissa Gana Gueye, Islam adalah sikap dan kepribadian untuk tidak menjadi manusia munafik dan hipokrit hanya demi dan untuk pekerjaan yang profesional sekalipun, seperti olahraga. Artinya, sikap dan kepribadian yang teguh dan kukuh bagi para pekerja profesional yang lain pun, bisa dan patut dilakukan dan terus dipertahankan demi dan untuk kemuliaan manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi. Karena setiap pemeluk Islam yang sejati juga harus memahami dan memaknai hakikat dari rahmatan lil alamin. Begitulah tampaknya, substansi dari sikap yang hendak diungkapkan oleh Idrissa Gana Gueye yang dapat dijadikan contoh agar tidak sampai munafik dan hipokrit.
Pecenongan, 27 Maret 2023