Sebagai mitra pemerintah sesuai amanat UU Pers no 40 tahun 1999, Pers Indonesia harus terus mendukung upaya pemerintah RI dalam menciptakan pemerintahan yang bersih (Clean Government).Termasuk ditubuh lembaga kepolisian Republik Indonesia.
Melihat kebelakang, Polri di era Hoegeng Iman Santoso yang dikenal paling jujur, sungguh telah menjadi mimpi yang diidamkan masyarakat bangsa Indonesia, mantan Kapolri itu berani hidup sederhana dan berani melawan atasan yang dinilainya tidak sejalan dengan tugas dan fungsi nya sebagai penegak hukum, dimana pada saat itu sedang maraknya maraknya pejabat korup yang bermain dengan kaum Kapitalis atau cukong, meski pada ahirnya ia harus dihentikan oleh Regim Soeharto. Maka ia pun menjabat Kapolri paling singkat dari tahun 1968-1971.
Jenderal Hoegeng Iman Santoso yang menjadi Kapolri di era Orde Baru telah menjadi ikon bagi para aktipis pergerakan baik di Pers atau pun di LSM. Betapa kejujuran, kesederhanaan, dan keberaniannya saat itu telah banyak menginspirasi sebuah pergerakan kearah perubahan yang demokratis, humanis, dan edukatif. Mendiang Presiden Gusdur alias Abdurahman Wahid sangat memuji kejujuran Polisi Hoegeng, sampai ia berkata, bahwa hanya ada tiga Polisi jujur di Negeri ini, yaitu Polisi tidur, Patung Polisi, dan Hoegeng.
Maka tak heran jika namanya diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Bhayangkara, di Mamuju Sulawesi Barat, dengan nama Rumah Sakit Bhayangkara Hoegeng Iman Santoso. Di kota kelahirannya, Pekalongan, Jawa Tengah, namanya diabadikan sebagai nama Stadion Sepak Bola, yaitu Stadion Jenderal Hoegeng. Bahkan Hoegeng pun banyak mendapat Penghargaan dan Bintang kehormatan dari luar negeri, seperti Belanda, Thailand, dan Malaysia.
Pasca Hoegeng, pergantian kepemimpinan ditubuh Polri terus silih berganti. Semuanya yang terpilih menjadi Kapolri karena lolos pada tahapan seleksi dan uji Fit and Proper Tes. Tentu sebagai yang terbaik karena semuanya memiliki integritas, visi dan misi khas yang terbaik yang harus diaplikasikan dilapangan, meski tak sedikit ada saja oknum polisi yang merusak cita cita mulia Tribrata dan Catur Eka Prasetya yang menjadi Ruh pergerakan Polisi Republik Indonesia.
Sekarang di era kepemimpinan Jendral Listyo Sigit Prabowo, kepolisian tengah gencar gencar nya menjalankan program Polisi Presisi, untuk mewujudkan insan Polisi yang profesional dengan meningkatkan layanan prima dan perlindungan hukum kepada masyarakat, dalam menjamin kepastian hukum yang jujur dan adil.
Pada bedah buku karya dr.Edi Saputra Hasibuan,SH,.MH yang berjudul,: 'Wajah Polisi Presisi Potret Inovasi dan Prestasi Satu Tahun Kepemimpinan Jenderal Listyo Sigit Prabowo' di Auditorium STIK-PTIK. (Baca: tindakmedia.com Januari 2022)
Intisari dari bedah buku yang dihadiri oleh para pakar hukum, Komnas HAM dan akademisi itu, dapat ditarik benang merah bahwa Kepolisian sudah berupaya semaksimal mungkin melakukan transformasi menuju Polri yang Presisi. Buku itu pun merupakan masukan kepada Polri dalam rangka yang terbaik memberikan pelayanan, perlindungan, dan pengayoman kepada masyarakat.
"Ini merupakan saran dan kritik dalam rangka kebaikan Polri kedepan," Kata Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo.
Tak dipungkiri Polisi Presisi dibawah Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, sudah banyak memberi arti bagi negeri ini, seperti penerapan ETLE, pembuatan SIM online, mengawal program vaksinasi covid19 yang penuh hambatan, memperkuat sinergitas TNI-POLRI yang berhasil merepresentasikan kehadiran negara yang kuat dan berwibawa dimata rakyat, pada penegakan hukum Restoratif Justice tampil humanis dan menghormati hak asasi dan martabat manusia, bahkan ada program program ditiap Polsek dan Polres yang banyak berhubungan intim dengan warga dalam giat Silaturahmi dan sambang warga. Bahkan ahir ahir ini ada Polsanak, Polisi Sahabat Anak, dimana mengenalkan kepada anak anak sejak dini bahwa Polisi adalah sosok pelindung yang harus didekati bukan ditakuti.
Sementara ditubuh Polri Reformasi Birokrasi pun terus dilakukan demi terciptanya lembaga Kepolisian yang handal dan profesional. Termasuk memberikan pelatihan pendidikan kepada 700 anggota polisi ke luar negeri, dan menyekolahkan 40 anggota Polisi ke Universitas terbaik di dunia untuk meningkatkan kapasitas anggota Polri.
Sayang ditengah kekaguman yang sedang dibangun oleh Polri, masih ada oknum Polisi yang berkomplot dalam aksi kejahatan pada kasus Sambo, dimana mantan Kadiv Propam Polri itu melakukan pembunuhan berencana terhadap ajudannya Brigadir Joshua Hutabarat. Masih basah kasus Sambo menyusul kasus Tedy Minahasa yang terjerat kasus Narkoba. Memang kata pepatah, tiada gading yang tak retak. Tidak ada yang sempurna dalam kehidupan didunia ini.
Namun bagaimana pun, mengutip pernyataan mendiang Jaksa Agung, Baharudin Lopa, "Meskipun langit runtuh keadilan dan kebenaran harus tetap ditegakkan". Tidak tinggal diam, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dengan tegas menahan Sambo beserta komplotannya, dan melimpahkan kasus pembunuhan berencana mantan Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo cs itu ke Pengadilan. Sampai Sambo pun dituntut oleh Jaksa Penuntut Umum, dengan hukuman penjara seumur hidup, setelah melewati persidangan yang panjang.(meski banyak yang menginginkan hukuman mati bagi Ferdy Sambo).
Langkah tegas dan berani yang sudah dibuktikan kepada publik, diharapkan terus dibuktikan dengan penegakkan hukum terhadap oknum oknum yang diduga masih ada bercokol ditubuh Polri, agar rakyat semakin cinta dan percaya terhadap lembaga Polri yang diandalkan oleh negara Republik Indonesia ini. Hal ini demi terciptanya rasa aman, tentram, dan damai. Terlindung dari tindak kejahatan ditengah masyarakat. Sesuai dengan Tribrata dan Catur Prasetya.
Semoga Polisi Republik Indonesia tampil lebih handal dan profesional. Menjadi sosok yang dicintai oleh rakyat bukan yang ditakuti. Tampil merakyat dan selalu melayani, mengayomi, dan melindungi dengan tulus. Hidup Polri semoga Jaya selalu.***