Perhelatan Akbar Konferensi Tingkat Tinggi Negara Negara G20 yang diselenggarakan di Bali baru saja berakhir. Indonesia sebagai tuan rumah banyak mendapat apresiasi dari para Kepala Negara atas penyelenggaraan KTT G20 dengan aman dan sukses.
KTT G.20 adalah forum yang digelar dari tanggal 1 Desember 2021 sampai dengan Nopember 2022 itu dihadiri oleh 19 negara berperekonomian besar dan 1 lembaga Uni Eropa, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Rusia, China, India, Indonesia, Arab Saudi, Perancis, Afrika Selatan, Turki, Brasil, Australia, Jerman, Kanada, Argentina, Jepang, Italia, Meksiko, Korea Selatan, dan Lembaga Uni Eropa.
Presidensial G20 yang fokus pada bidang Ekonomi itu husus untuk para Menteri Keuangan dan Bank Central Negara Negara Anggota, dimana banyak menyimak isu isu perekonomian global, terutama paska Pandemi covid.19 yang mendera dunia. Sebagai tuan rumah, Indonesia mengusung tema, "Recover together, Recover stronger", Negara Indonesia mengajak seluruh dunia untuk bahu membahu bersama untuk tumbuh lebih kuat dan berkesinambungan.
Meski membahas permasalahan ekonomi global, dimana G20 merupakan refresentasi 60% penduduk bumi, 70% perdagangan global, dan 80% PDB dunia, perang Rusia-Ukraina yang terus berkecamuk, tak luput dari isu penting yang dibicarakan oleh para petinggi negara. Tidak bisa diabaikan Invasi Rusia ke Ukraina yang telah membawa dampak buruk terhadap perekonomian global, terutama dikawasan Eropa, bahkan menjadi bencana kemanusiaan yang menguras keprihatinan dunia.
Terlepas dari kemewahan penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi dengan penampilan para Kepala Negara yang glamour, rakyat disetiap negara anggota G20 hanya bisa menonton dan berharap, bagaimana agar negara nya bisa lebih maju lagi dari negara negara lain di dunia, tentunya dengan indikator pada tingkat kesejahteraan, kesehatan dan keamanan dunia.
Bahkan ditengah ketegangan dunia oleh ancaman perang nuklir dan perang dunia ke tiga, penduduk bumi sangat berharap terciptanya sebuah perdamaian dan keamanan dimuka bumi ini, seperti visi dan misi yang mereka gaungkan pada KTT G20 Bali. Ingat bagaimana pun hebatnya sebuah perekonomian dan kemajuan tekhnologi suatu bangsa, jika para pemimpin negara nya suka perang dan menebar konflik di kawasan, kehebatan yang dicapai itu akan hancur dengan segala kesengsaraannya. Hasil KTT G20 Bali pun hanya akan menjadi sebuah mimpi yang tidak berarti.
Tidak berlebihan jika penduduk planet Bumi ini berharap kepada para Kepala Negara yang menjadi anggota G20, karena tombol nuklir, moncong mesiu, bom, tank dan artileri ada ditangan para penguasa negara itu. Ingat Kata dan coretan tangan para kepala negara sangat menentukan arah hidup suatu bangsa (nation state).
Bukan hanya masalah hubungan multilateral yang sudah terbangun dengan berbagai negara, secara internal rakyat pun berharap kepada para pemangku jabatan di negara G20 untuk menciptakan pemerintah yang bersih dari perilaku koruptif dan manipulatif (Clean Government). Politik busuk penguasa adalah pangkal kehancuran negara bangsa(Nation State).
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden yang terlihat akrab dengan Presiden Jokowi, harus mampu melakukan perubahan dengan kebijakan politik ganda nya di Timur Tengah. Amerika yang berkoar koar sebagai pendekar Demokrasi di dunia, harus bertanggungjawab terhadap kekerasan kaum Yahudi Israel di Palestina, juga invasi AS di Irak, dan Suriah. Kebijakan politik Internasional Amerika sangat kentara berpihak kepada Israel, karena Israel sebagai negara satelit Amerika di Timur Tengah. Padahal korban dan penderitaan orang orang Arab di Palestina dan Suriah sudah sangat tak terperikan akibat pertikaian politik yang ditumpangi kepentingan geopolitik Amerika Serikat dan sekutu nya.
Begitupula negara negara yang menjadi anggota NATO yang hadir di Bali, harus bisa menghentikan ambisinys untuk melakukan agresi ke negara mana pun jika benar benar mengaku sebagai bangsa yang beradab. Bahkan untuk mendukung pun tidak dibenarkan, apalagi dengan mensuplai senjata kepada negara yang sedang berperang, justru hanya akan memperparah situasi dan kondisi yang ada, seperti yang terjadi di Ukraina.
Rusia pun harus segera mundur dari Ukraina, karena eskalasi dari peperangan itu sudah menyulut pada perang dunia ketiga dengan ancaman senjata pemusnah massal. Dari konflik itu yang rusak dan binasa hanyalah rakyat, dan tentunya anak anak bangsa sebagai tentara yang berguguran sia sia dalam membela syahwat politik penguasa.
Semoga sepulang dari Bali, otak otak para pemimpin negara G20 fresh dan bersih dari konspirasi politik yang akan memperburuk wajah dunia. Kami generasi muda Millenial ingin sebuah peradaban yang aman dan damai. Dunia tanpa peperangan yang sudah banyak menghancurkan berbagai belahan muka bumi. Bukan hanya adu gengsi, narasi, dan gaya diplomasi tapi dari KTT G20 Bali dapat memberi arti bagi keselamatan dan kesejahteraan penduduk bumi, atau ini hanya sebuah asa belaka seperti tembang Imagine yang dilantunkan mendiang John Lenon***DAD