Renungan Ramadhan 1442
Sejak invasi tentara merah Rusia ke Ukraina pada 24 Pebruari 2022, sampai sekarang sudah memasuki hari yang ke 45. Akibat agresi Rusia yang mengatas namakan Operasi Militer untuk menumpas kaum Nasionalis Neo Nazi Ukraina itu, sudah ribuan mayat terbunuh. Kota kota dan bangunan hancur berantakan. Tragedi kemanusiaan yang memilukan pun sungguh menjadi tontonan dunia Internasional.
Semua ini terjadi akibat dari dua petinggi negara yang punya paham dan pandangan politik yang berbeda. Vladimir Putin yang keras pendirian, teguh dan berdarah dingin tak ingin wilayah nya di Kaukasus yang secara geo politik merupakan kekuasaan Rusia, diintervensi oleh NATO dan Amerika Serikat. Dimana dikhawatirkan Ukraina bisa dijadikan pangkalan militer dan nuklir Negara negara barat yang tergabung dalam NATO.
Sedangkan Vorodymyr Zelensky Presiden Ukraina dukungan barat sudah ogah dekat dengan Rusia yang pernah menjadi induk negara Federasi Uni Soviet, namun Ukraina melepaskan diri. Bahkan akan bergabung dengan NATO. Belum juga masuk menjadi anggota NATO, sudah babak belur di invasi Rusia.
Sejarah panjang pergumulan politik Uni Soviet yang menguasai Eropa Timur yang tergabung dalam perkumpulan Pakta Warsawa, sebagai pemenang perang dunia ke 2 dengan Amerika dan Sekutu, pada ahir nya menjadi perang dingin dengan Blok Barat yang dipimpin Amrik dengan NATO. Persaingan politik Komunis versus Kapitalis disertai perlombaan senjata Nuklir menjadi potret yang menegangkan umat manusia.
Sampai bubarnya Pakta Warsawa dan negara federasi Uni Soviet di era Michael Gorbachev. Menyusul berdirinya negara negara pecahan Soviet termasuk Ukraina. Angin keterbukaan yang bertiup dialam komunis Soviet pun dijadikan sebuah lagu legendaris Grup musik Scorpion "Win Changed in Moskow".
Panas penuh persaingan dengan intrik politik yang terus saling serang, ahirnya meletup menjadi sebuah serangan murka Rusia kepada Ukraina. Sementara Ukraina yang tak sebanding kehebatan mesin perangnya dengan Rusia, tidak mau mengalah, ia bersikukuh ingin bergabung dengan blok barat, NATO.
Pada perang David lawan Goliath ini jelas banyak kehancuran yang terjadi di Ukraina. Nyawa, harta benda, dan peradaban manusia hancur oleh mesin perang Rusia yang dahsyat. Putin yang dikenal tangguh dan petarung berdarah dingin tidak akan menghentikan serangannya ke Ukraina, sebelum Ukraina menyerah dan angkat tangan.
Vorodymyr Zelensky Presiden Ukraina yang berdarah Yahudi itu keras kepala tak mau mengalah. Padahal demi keselamatan negara dan rakyat nya lebih baik mengalah. Tidak akan terjadi pertumpahan darah yang lebih besar jika Zelensky mau mengalah.
Harga diri, gengsi, dan ambisi politik yang mengakibatkan dua negeri ini terjerumus kedalam peperangan yang dahsyat. Pengamat militer menyebut sebagai serangan dan pertempuran terbesar setelah perang dunia ke2. Jumlah korban sangat besar karena oleh serangan mesin mesin perang yang canggih.
Kecaman dan kutukan dari negara negara barat terus mengalir ke Kremlin. Apalagi diduga Rusia melakukan pembantaian di Bucha, Ukraina, sebelum menarik mundur pasukannya. Sangsi pribadi bagi keluarga dan diri Putin, sampai sangsi ekonomi dan politik dikancah internasional tak henti terus dilakukan oleh Amerika dan Sekutu nya.
Pertemuan G20 yang akan digelar di Bali pun terancam tidak jadi karena Indonesia mengundang Vladimir Putin. Amerika, Inggris, German, Australia, dan Prancis tak ingin Putin hadir di Bali. Negeri Beruang Merah akibat invasi ke Ukraina itu jelas mendapat sangsi yang keras ditengah ancaman sebagai pelaku penjahat perang di Bucha.
Terlepas dari kepentingan politik apa pun, jika dua anak manusia ini meniru akhlak Rosululloh Muhammad SAW, niscaya tidak akan terjerumus kedalam jurang pertikaian yang dalam. Muhammad tokoh dunia sang pengampun dan penyayang, usai perang Badar dan menaklukan kota Mekah, ia tidak menyimpan dendam terhadap musuh musuh nya yang Kafir. Ia mengampuni dan memberi jaminan keamanan dalam naungan tentara Badar.
Muhammad Bin Abdullah memimpin peperangan dengan cinta. Tidak membunuh dan melukai anak anak, orang tua, perempuan, dan orang sakit atau cacat. Bahkan tidak merusak kehidupan lainnya, kecuali musuh musuh yang menyerang dan memeranginya. Muhammad dan pasukannya tidak pernah melakukan serangan kalau tidak diserang. Baginda Rasulullah lebih mengedepankan perdamaian, hidup rukun, dan saling menghormati dengan tidak saling ganggu. Ini bisa dilihat pada Piagam Madinah yang terwujud dalam masyarakat Madani yang pluralistik.
Jika melihat kerusakan yang terjadi di Mariupol, Luhans, Donetsk, Kiev, dan kota lainnya di Ukraina, ada napsu napsu setan yang bersekutu dengan Iblis. Dimana menjelma sebagai sosok Vladimir Putin dan Vorodymyr Zelensky. Dua penguasa yang sudah membuat kerusakan dimuka bumi. Dua penyembah singasana kekuasaan yang sama bedegong nya tak mau mengalah, Demi ambisi dan kekuasaan yang fana.
Semoga dibulan Ramadhan yang suci ini Alloh SWT membuka mata hati kedua nya untuk segera mengakhiri peperangan yang konyol ini. Semoga teladan Nabi Muhammad SAW mampu menginspirasi Sang Putin yang dekat dengan Islam. 95% penduduk negara federasi Rusia adalah muslim diharapkan mampu mengubah akhlak Putin menjadi shaleh, penyayang dan pemaap. Hidup berdampingan dalam kehidupan toleransi yang aman, rukun, saling menghargai, saling membantu, tentunya demi nilai nilai kemanusiaan yang luhur.
Bukankah hidup dan kehidupan ini untuk mencari kebahagiaan, keselamatan, kemaslahatan, kedamaian, dan penghargaan? Maka demi kemanusiaan yang adil dan berada tidak harus ada peperangan, kecuali jika setan sudah merasuki hati manusia yang lemah iman, sehingga menuruti syahwat politik dan lupa diri.***