-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita
Copyright © Best Viral Premium Blogger Templates

Iklan

Politik Busuk Para Koruptor

Selasa, 18 Januari 2022, Selasa, Januari 18, 2022 WIB Last Updated 2022-01-18T00:16:06Z

              Pemimpin Redaksi media TINDAK

Dulu para pejuang pergerakan kemerdekaan RI tidak mengenal pamrih dalam memperjuangkan hak hak rakyat untuk hidup merdeka dan punya derajat yang tinggi. Mereka tidak mengenal istilah money politik, kursi legislatif, anggaran murni, anggaran perubahan, gratifikasi, bahkan istilah korupsi. Tidak mengenal pula istilah eselon satu, eselon dua, eselon empat, bahkan istilah mutasi dan rotasi jabatan.


Memang pada saat itu adalah saat yang paling krusial dalam menentukan kehidupan kearah kehidupan sosial politik yang lebih baik. Saat itu penjajahan diberbagai belahan dunia sedang hebat hebatnya terjadi. Dimana bangsa bangsa barat mencaplok tanah orang orang timur dengan paksa. Mereka para penjajah membawa paham politik nasional nya ke negeri jajahan dibelahan Asia dan Afrika untuk dianut oleh bangsa pribumi secara paksa dengan todongan senjata.


Istilah Homo homini lupus, manusia sebagai serigala bagi manusia yang lainnya, sangatlah tepat. Demi ambisi kekuasaan dan mengokohkan kebesaran bangsa atas bangsa lainnya telah banyak menumpahkan pertumpahan darah. Dari suasana seperti itulah bangkit perlawanan terhadap para petualang yang liar dan barbar. Munculah nama nama besar pahlawan kemerdekaan bangsa yang tulus dan murni berjuang demi rakyat dan tanah air tercinta.


Tidak terhitung berapa besarnya pengorbanan para pejuang yang telah berjasa menancapkan tonggak kemerdekaan bagi bangsa lndonesia ini. Sampai saat ini di era 4.0 dengan gaya generasi milenial yang hanya tahu sejarah dari buku dan internet. Kita hanya tinggal menikmati alam kemerdekaan ini, yang terkadang lupa diri. Bahkan gaya hidup dari politisi pada saat ini sudah jauh dari cita cita proklamasi Kemerdekaan RI. 


Meski para penjajah sudah hengkang dan tak lagi menjadi penghalang dalam kehidupan sosial politik, dan ekonomi, namun sipat jahat penjajah masih banyak bercokol dalam hati bangsa ini, terutama dikalangan para petualang politik yang gila hormat dan haus kekuasaan. Jiwa feodal, rakus, dan gila jabatan sudah masuk merasuki otak dan hati para pejabat.


Dalam otak nya hanya harta, tahta, dan wanita yang menjadi idaman, yang tak sedikit mendorong untuk berbuat jahat menggasak anggaran negara yang notabene bagi kesejahteraan rakyat.


Situasi kritis perjalanan anak bangsa ini seperti menjadi euphoria politik yang tak terkendali. Main sikut saling rebut posisi, jual beli jabatan, jadi calo jabatan, jadi calo anggaran, pangkas sana pangkas situ, dan korupsi berjamaah. Seperti itulah yang terjadi setelah lepas dari penjajahan. Sungguh telah melupakan amanat suci para pahlawan bangsa untuk mewujudkan kedaulatan rakyat yang adil, makmur, dan sejahtera.


Sudah menjadi rahasia umum, untuk menjadi anggota DPRD misalnya, para Caleg tak sedikit menghamburkan duit untuk membeli suara. Entah darimana modal nya, yang jelas ketika menang dan duduk sebagai wakil rakyat, mereka melakukan politik balik modal. Artinya duit yang sudah dihamburkan sebagai money politik harus bisa kembali, otomatis wakil rakyat yang terhormat itu memotong dana aspirasi bagi rakyat yang telah memilihnya sebagai Legislator. Tidak tanggung tanggung berani meminta jatah sampai puluhan persen, dengan alasan sudah memperjuangkan proposal yang diajukan. Padahal uang itu adalah milik rakyat dari pajak yang rakyat bayar. Sebaliknya rakyat yang lugu tak berani menuntut dan memprotes, karena dibenaknya ada rasa sudah diberi dan diperhatikan oleh beliau.


Bukan merogoh dari imbalan itu saja, lebih gila nya, bermain dengan para pemasok barang yang bisa diajak kongkalikong untuk menjual dengan harga tinggi kepada penerima aspirasi dengan pembelian yang murah, otomatis barang pun tidak berkualitas tak sesuai spek dan peruntukkan. Yang dirugikan jelas rakyat dan negara. Sedangkan mereka oknum DPRD sudah meraih keuntungan yang melimpah, karena gajih besar, tunjangan, fasilitas, dan jatah aspirasi miliaran rupiah pada setiap tahun nya.


Itulah sekelumit catatan buruk para politikus yang sudah jauh melenceng dari cita cita para pendiri bangsa. Sungguh tak terhormat perilaku mereka yang mengaku sebagai wakil rakyat jika hanya bertendensi  untuk melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Perlu dicatat ini dilakukan hanya oleh oknum wakil rakyat dan pejabat yang tak bertanggungjawab.


Semoga saja, masih ada sinar terang ditengah gulita yang menyelubungi alam kehidupan sosial politik bangsa ini. Roh Soekarno, Hatta, Syahrir, Agus Salim, bahkan HZ Mustopa semoga mengalir menginspirasi generasi penerus bangsa Indonesia. Bahkan semangat juang Diponegoro yang mendobrak perilaku budaya bangsa barat keparat di tanah Jawa, bisa menjiwai generasi muda Indonesia, sehingga lurus, jujur, tanpa pamrih, dan penuh tanggungjawab. Mulialah mereka yang berbakti tanpa pamrih bagi kemajuan bangsa dan negara.***DAD





Komentar

Tampilkan

  • Politik Busuk Para Koruptor
  • 0

Terkini