Intuisi ONTO HOD Pengamen hiburan kafe
Bersama kalian semua terasa syurga pun teraih, kebahagiaan, ketenangan lahir dan bathin bagai air sungai yang mengalir dipenuhi pepohonan yang rimbun serta rindang
Aktivitas kehidupan di dunia ini tak lepas dari rona warna yang menhiasinya, bisa juga dikatakan bagaikan sebuah roda yang selalu berputar, terkadang suka, senang, susah, bahagia dan gembira bagi si-kaya, si-miskin itu sama saja tak ada beda, barangkali perilaku dan kebiasaan saja yang mengubah.
Layaknya sebuah serial cerita sinetron pada media elektronik televisi, yang lagi digandrungi masyarakat menengah kebawah, Onto Hod seorang duda, sejak berpisah dengan sang pedamping 7 tahun yang lalu, membuat keseharian kehidupannya menjadi tertatih-tatih, bukan tak beralasan!!, dia punya tanggung jawab besar yang tak bisa dipungkiri, karena harus mengurusi dan merawat ke tiga putrinya yang merupakan jantung hati belahan jiwa dari hasil pernikahan dahulu, Maya, Rierie dan dea yang kini masih mengenyam di bangku pendidikan.
Onto Hod sebagai seorang pengamen hiburan kafe, sudah barang tentu penghasilan sehari-hari dapat diduga sangat pas-pasan alias minim untuk mencukupi kebutuhan, untungnya tak membuatnya menjadi frustasi didalam arungi samudra kehidupan kerontang yang terjal ini, tetap pada koridor positive thinking, hanya saja ungkapnya, sekarang bagaimana caranya agar penghasilan semestinya dapat bertambah.
Sebagai single parent apalagi seorang ayah, disadari atau tidak untuk mencukupi keperluan kebutuhan anak-anak yang kesemuanya wanita harus segalanya lebih, terutama yang dua (Maya & Rierie) sebagai remaja yang tumbuh berkembang seperti yang lain, Alhamdulillah mereka tak terpengaruh oleh sifat dan sikap keadaan jaman walau dihati dan pikirannya dimungkinkan juga ada tuntutan keinginan semacam itu umumnya dalam dunia para remaja.
Yang menjadi ketenangan dan kebanggaan hati onto hod adalah kedua anaknya, sudah memperlihatkan kemandirian ingin membantu sang ayah dalam menghadapi keterpurukan beban hidup, padahal tak pernah diminta untuk melakukan hal itu, hanya saja sesekali disaat berkumpul bersama melakukan dialog sambil bercanda krama bercerita tentang hasil yang telah dilalui bulan lalu dan yang akan dihadapi bulan berikutnya.
Rierie anak nomor dua ikut bantu dengan berjualan makanan ringan yang khas seperti bala-bala, pisang goreng, combro, umbi dan cireng yang disenangi tua,muda dan masyarakat bawah maupun atas, sedang anak pertama maya kuliah di salah satu universitas negeri di Bandung, mendapat bantuan pemerintah selain beasiswa tak mampu juga dapat beasiswa prestasi.
Tak terasa tujuh tahun telah berlalu, sejak sang ibu pergi meninggalkan mereka terutama sikecil dea syakilla sekarang sudah memasuki pendidikan sekolah dasar kelas satu, disuatu malam setelah makan bersama, gak tau knapa!, entah knapa!, tanpa diduga sempat kaget!!?, Maya sama Rierie menyampaikan keinginkan dan memohon ayahnya Onto hod untuk mempunyai pendamping lagi dengan alasan yang sederhana supaya ada tempat untuk bertukar pikiran dan tempat curahan hati, dikala itu bingung seakan terhipnotis pertanyaan anak-anaknya, onto hod secara diplomasi menjawab, Maya, Rierie ! sebelumnya ayah mohon maaf kepada kalian, jika seandainya ini apa yang kamu mau, tentu ayah cukup mengerti akan tetapi mesti kamu ingat juga ayah tak mau trauma dengan ibu kalian dahulu terulang kembali.
Jadi ayah untuk saat ini bukan tak ingin apa yang kamu mau, kesendirian adalah merupakan keputusan yang paling terbaik AKU, bersama kalian semua terasa syurgapun teraih, kebahagiaan, ketenangan lahir dan bathin bagai air sungai yang mengalir dipenuhi pepohonan yang rimbun serta rindang, hanya satu saja yang Kudoakan untukmu semua sayang, Sang Maha Pencipta TUHAN Semesta Alam menyelamatkanmu dari perkara dunia yang akan merajammu, serta terhindar dari segala petaka yang akan menimpamu, semoga kebahagian kalian menjadi amal bhaktimu di akhirat nanti, aamiin Yaa Raabal Alamiin’.***Iwan Singadinata