Dari tahun 2019 sampai pada saat ini bulan Juni tahun 2021 sudah berjalan 18 bulan, tapi sangat di sayang kan sekali yang terjadi di kelompok tersebut jadi permasalahan antara ketua kelompok dengan yang mengelola ternak tersebut. Pada saat awak media menemui serta meminta keterangan kepada saudara AM selaku ketua kelompok Jaya Taruna guna mempertanya kan keberadaan tentang bantuan ayam petelor tersebut,.karena bantuan ayam petelur yang di kandang itu tidak ada sama sekali(habis), dan saudara AM pun selaku ketua di kelompok itu menerang kan, "sebenar nya dari awal itu bagi saya selaku ketua di kelompok Jaya Taruna ini tidak tahu menahu sama sekali tentang aturan serta pemeliharaan ayam petelor itu gimana-gimana nya, pada tahun 2019 lalu di kampung saya ini ada yang mau menerima bantuan ayam petelor dari pemerintah, berhubung di ke Rw an saya ini hanya saya yang punya kelompok yang sudah berbadan hukum, ya di pakai lah nama kelompok punya saya itu, sayang nya dari awal, ayam, peralatan serta pakan dan lain nya keterima oleh pengelola, sampai sekarang ini hingga ayam-ayam itu tidak ada satu ekor pun di kandang, bagi saya selaku ketua tidak tahu sama sekali entah kemana itu ayam-ayam tersebut. Pihak pengelola pun tak pernah memberi kabar sama sekali kepada saya" ungkap saudara AM kepada awak Media TINDAK.
Selanjut nya saudara AM memanggil bendahara nya saudara UD guna untuk minta tanggapan dan kejelasan nya barang tentu UD selaku bendaha tahu tentang ayam-ayam tersebut kemana dan dimana? UD menerang kan, "pada antara hari Rabu tanggal 09 Juni 2021 atau tanggal 10 Kamis kalo gak salah bahwa ayam-ayam itu di angkut semua nya oleh pihak bandar guna untuk di tukar kan ke ayam-ayam yang lebih produktif, karena di pandang nya ayam-ayam yang dari bantuan itu sudah tidak produktif"ujar nya.
Namun yang jadi kecewa nya oleh ketua dan kesetrukturan kelompok disayang kan nya pihak pengelola tidak pernah ada kordinasi atau musyawarah terlebih dahulu tentang pembangkatan atau mau ada penggantian dari ayam yang sudah ada ke ayam yang di anggap produktif, saudara AM pun menyayang atas ulah pengelola yang tidak pernah ada kordinasi atau musyawarah sama sekali, di anggap nya oleh saudara AM, pengelola itu semau nya dewek, padahal yang di pakai oleh pengelola itu merupakan kelompok punya AM bukan punya pengelola, alias hanya pinjam nama saja.
Kami pun selaku sosial kontrol meminta kepada pihak dinas terkait agar permasalah diantara pengelola dan kelompok bisa di lurus kan sebagai mana mesti nya, jangan sampai dengan adanya bantuan tersebut jadi menuai suatu masalah di warga masyarakat itu sendiri, selanjut nya bisa saja menjadi pertengkaran.**(Tim-A.Sutara).
