JADIKAN PUASA SEBAGAI ISOLASI DIRI DARI PANDEMI AKHLAK

Marhaban Ya Ramadhan

 

Dudi Daudi

Marhaban ya Ramadhan, Memasuki bulan suci Ramadhan 1442 kali ini banyak sekali tantangan dan problema kehidupan yang membelengu umat Islam. Mulai dari wabah Covid.19 yang belum memperlihatkan tanda tanda kapan akan berahir, sampai dengan perseteruan tokoh tokoh Islam yang di cap radikal oleh pemerintah yang kemudian berahir dipenjara.

Namun bagi umat Islam apa pun yang terjadi merupakan cobaan dan ujian yang menguji keimanan. Bulan suci Ramadhan bagi umat Islam merupakan bulan penyucian diri dan perenungan diri, dimana kesabaran dan keshalehan harus bisa dimanifestasikan dalam ucap, sikap dan tindak tanduk.

Bagi umat Islam yang menjalankan ibadah puasa persis memasuki ruang isolasi yang menutup diri terhadap segala bentuk kemaksiatan dan kemungkaran. Dimana seorang pribadi muslim berproses menjalani metamorfosis, seperti seekor ulat yang berhenti merayap rakus merasuki dedaunan. Tetapi menghentikan diri dari segala aktipitas dengan membungkus diri dalam kepompong dalam waktu yang lama, Selama proses perubahan dari ulat untuk menjadi Kupa Kupu tidaklah mudah, si ulat seolah bertapa, tidak makan dan minum. Justeru mengalami perubahan kimiawi yang menyakitkan, sampai ahirnya terbentuk menjadi Kupu Kupu yang indah.

Setelah menjadi kupu kupu, yang awalnya merayap kini bisa terbang menghisap sari madu dari bunga bunga pilihan. Tidak lagi memakan daun daun dan merusaknya. Justeru membantu proses penyerbukan bunga dan buah. Mempersubur tanaman dalam siklus alamiah yang lestari.

Nah diruang kontemplasi yang sepi dari dahaga dunia, seorang pribadi muslim akan berubah dengan karakter yang hebat. Memiliki pribadi yang kuat, tahan uji, dan tetap berdiri tegak menghadap kiblat. Tidak goyah oleh bujuk rayu dan godaan yang menyesatkan. Seperti gelimang uang dari hasil korupsi, atau tindak kriminal yang merugikan orang lain.

Semoga Ramadhan kali ini menjadikan anak  bangsa di negeri ini, hidup berdampingan sebagai anak bangsa yang aman, damai, dan saling menghormati. Tidak ada ujaran kebencian, fitnah dan hasutan yang akan memecah belah kesatuan dan persatuan umat.

Bersabar, menahan diri, dan tetap eling adalah buah dari puasa yang benar. Bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi harus mampu menahan diri dari hawa napsu yang bersipat hewani.

Ramadhan yang agung akan mengubah jiwa yang kikir dan tamak menjadi hidup sederhana dan banyak inpak shodaqoh, Ramadhan akan mencipta jiwa yang penuh kasih sayang, dan selalu membela kaum lemah teraniaya, menyintai fakir miskin dan yatim fiatu. ...Marhaban ya ramadhan aku rindu rahmat dan syafaat mu.***