Hari demi hari, mingu demi Minggu, bahkan bulan demi bulan berlalu dengan batasan yang tak ada satu orang pun yang bisa menjawab kapan ini akan berakhir. Semua orang hidup dalam tanda tanya besar. Sudah berapa lama kita dirumah saja? Sangat lama dan masih berlanjut entah sampai kapan. Bosan sudah nyata adanya, tapi kini sudah menjelma menjadi teman karib. Sepi bagaikan kawan lama yang menyapa. Tanpa sadar, kita sudah berjalan cukup jauh dalam batasan ini, sampai bermunculan kebiasaan baru yang awalnya terasa asing namun hari ini sudah menjadi suatu kebiasaan.
Saya sering mendengar keluhan frustrasi dari orang-orang yang terkena dampak Corona ini, seperti halnya seorang pengusaha, pedagang, pegawai. Topik utamanya; kekhawatiran tentang kehidupan finansial keluarga. Diberhentikan dari pekerjaannya menjadi tantangan besar untuk bisa menghidupi keluarga. Seorang Pengusaha banyak yang mengeluh usahanya menurun, seorang pedagang banyak yang mengeluh penghasilannya berkurang, Bukan perkara mudah untuk bertahan hidup di tengah pandemi ini.
Copid-19 atau yang biasa di sapa Corona, ketika mendengar kata tersebut seakan-akan mereka dihantui oleh ketakutan yang tak akan pernah hilang. Kedatangannya seakan-akan mengambil alih, mengatur dan memerintah seluruh kehidupan bumi ini, termasuk manusia. Manusia yang mempunyai jabatan tertinggi pun “tunduk” pada Virus Corona ini. Berbagai aturan telah ditetapkan oleh manusia demi menghentikan Corona, mulai dari PSBB, karantina hingga lockdown. Tapi sebetulnya, Corona-lah yang menghentikan manusia. Banyak aturan yang telah ditetapkan, namun sepertinya Corona adalah penjahat yang kebal terhadap aturan. Banyak kisah yang tercipta akibat “aturan-aturan” tersebut.
Seperti kisah si masker, seperti halnya masker menjadi pakain yang wajib untuk selalu di pakai, bahkan melebihi SIM, bagi orang yang suka bepergian dengan kendaraan, karena takut ada Rajia masker, karena tidak sedikit yang sering dihukum pusup, bersih-bersih akibat lupa bawa masker.
Sudah hampir sembilan bulan semua kegiatan dialihkan ke rumah, termasuk kegiatan belajar mengajar, Pemerintah masih menerapkan sistem pembelajaran daring akibat pandemi Covid-19. Hal ini menyebabkan sejumlah siswa rindu kembali ke sekolah.
Awalnya para siswa merasa senang karena libur panjang tidak usah bangun pagi untuk berangkat ke sekolah, Namun, siapa sangka kebijakan itu akan berlangsung lama, bahkan sudah hampir sembilan bulan ini pemerintah belum juga memutuskan mengaktifkan kembali belajar di sekolah.
Tidak sedikit di antara para siswa merindukan suasana sekolah di antaranya belajar tatap muka bersama guru di dalam kelas, para siswa juga rindu bertemu dan bergaul bersama temannya di lingkungan sekolah.
Rindu suasana sekolah dirasakan Rasya, siswa kelas 2 SD Negeri Leuwihalang, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya. Ia selalu bertanya kepada ayahnya "kapan yah sekolah" ungkapnya.
Dia mengaku ingin segera kembali belajar di sekolah, karena terlalu lama belajar di rumah rasa jenuh pun tiba dengan sendirinya.
Hampir semua ucapan anak-anak sekolah senada, Berkumpul dan bermain pada waktu istirahat juga menjadi momen yang sangat dirindukan. "Saya kangen ingin sekolah, kangen belajar bersama teman, kangen main bola di depan sekolah" ujar Reza Siswa Kelas 6 SDN Leuwihalang, Sabtu (13/01/2021).
Selama ini pembelajaran dilakukan dengan cara jarak jauh. Guru cenderung memberikan materi pembelajaran dan tugas melalui ponsel yang kemudian dikerjakan oleh para siswa.
Kondisi itu sangat menyulitkan siswa karena jika ada hal yang tidak mengerti sulit untuk ditanyakan, ditambah ponselnya rusak, itu menambah siswa malah malas untuk belajar.
Sebagian siswa mengatasi kerinduan akan sekolah dan teman itu dengan bermain bersama teman yang ada di lingkungan rumah.