-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita
Copyright © Best Viral Premium Blogger Templates

Iklan

KISAH NYATA PENAGIH HUTANG BKPT CIAWI

Tindak Online
Sabtu, 23 Januari 2021, Sabtu, Januari 23, 2021 WIB Last Updated 2021-01-23T13:53:00Z

 

Mediatindak.com - Setiap profesi memiliki cerita dan pengalaman masing-masing. Ada yang menyenangkan ada juga yang menyengsarakan. Seperti profesi saya saat ini saya ikut mencoba untuk menagih di salahsatu koperasi yang gulung tikar sebut saja BKPT Ciawi tasikmalaya, yang paling sulit sekaligus membekas dalam benak saya.

Saya ikut menagih di koperasi BKPT ini, awalnya terdorong dari keluhan nasabah yang punya uang di BKPT yang di dominasi oleh lembaga pendidikan Dasar (SD), jujur saja disamping ikut membantu menyelesaikan masalah BKPT mudah-mudahan akan menambah penghasilan juga buat saya, dan akhirnya terbentuk GPK (Gerakan Pencari Keadailan) dan selanjutnya terbentuk tim penyelesai BKPT.

Melihat data Nasabah Debitur BKPT pikiran saya “wah ini sepertinya gampang untuk ditagih karena hampir semua debitur di dominasi oleh para guru, tapi setelah dilaksanakan ternyata enteng-enteng bangga”. Karena data para debitur yang diberi dari pengurus BKPT tidak akurat alias amburadul.

Profesi menjadi tukang tagih utang di sebuah koperasi yang bangkrut merupakan profesi yang sulit dan tidak mengenakkan. Kerjanya berat, harus pergi ke rumah nasabah tak peduli terik dan hujan. Apalagi jika rumah si nasabah alamatnya yang tidak jelas, meskipun para nasabah atau debitur di dominasi instansi pendidikan tapi kalau melihat alamat yang tidak jelas cukup sulit untuk di temukan, hampir berhari-hari bahkan berminggu-minggu untuk mendapatkan alamat nasabah atau dibitur tersebut karena harus tanya sana-sini.

Setelah ditemukan data debitur, ternyata oh ternyata datanya banyak yang ngawur tidak sesuai dengan lembaran kertas yang dibawa, yang isinya data jumlah piutang nasabah tersebut, ada yang sudah lunas, ada yang pembayarannya dilimpahkan, ada yang datanya tidak sesuai, tetapi ada sebagian juga yang mengakui hutangnya, mungkin disinilah perlu kesabaran sebagai profesi tukang tagih.

Apalagi kalau menemukan data nasabah yang alamatnya jauh, Vixion saya sampai kehausan minta diisi bensin. Maklum, profesi nagih utang ini tidak ada BOP atau uang bensin. Pas sampai di rumah nasabah, bukan dapat uang malah dapat data yang sudah lunas, sudah di limpahkan, yang mengaku tidak punya utang, bahkan ada yang sudah meninggal, ada juga yang mengaku bahwa nasabah masih punya uang di koperasi tersebut. sampai mendengar kisah sedih perjalanan hidup mereka yang saya dengar.

Lebih menyebalkan lagi banyak juga orang yang salah paham dengan profesi ini. Dikiranya kami ini adalah tukang jabel atau debt collector. Perbedaan paling mencolok dari tukang tagih biasa dan tukang jabel adalah tukang tagih tidak akan menggunakan kekerasan saat menagih utang dari nasabah. Kami hanyalah fasilitas yang disediakan tim penyelesai untuk mempermudah dan mengingatkan nasabah yang punya utang ke BKPT, Jadi kami hanya sebagai fasilitator yang justru membantu para nasabah.

Namun, namanya juga masyarakat, terkadang lebih mengedepankan emosi daripada akalnya. Pernah saya mendapatkan kata-kata yang kurang enak dikira tukang jabel. Si nasabah yang merasa dirinya terhormat tidak terima dengan kedatangan saya ke rumahnya. Dia anggap tindakan saya mencoreng nama baiknya dan mengira saya akan menyita barang-barangnya. Padahal saya hanya mengingatkan seandainya nasabah tidak merasa punya utang apa susahnya tinggal bikin surat pernyataan.

Kalau memang tidak mau ditagih ke rumah berkali-kali kenapa bikin janji inilah itulah, disuruh bikin pernyataan tidak mau. Kalau memang merasa tidak punya utang apa susahnya bikin pernyataan, dan kalaupun punya utang mengapa bikin janji minggu depan, bulan depan nunggu sertifikasi, nunggu rumah laku wah banyak alasan pokonya.

Ada juga tipe nasabah yang hanya mengumbar janji-janji. “Nunggu rumah laku pak, pasti saya lunasi” setiap kali dikunjungi pasti itu kata-kata andalannya. Setelah saya datang berkali-kali dan ternyata rumahnya sudah mulai di kosongkan, terdengar lagi kata-kata nasabah itu “tunggu cep insyaallah besok” dan itulah kata-kata andalannya, dan pada akhirnya saya dengar uang tersebut sudah di bayar ke pihak ke tiga, saya sempat kaget dan kecewa ada apa ini?, tapi ini masih dalam proses, saya bersama rekan pasti akan nelusuri hal tersebut untuk bisa di selesaikan, karena kalau tidak ada titik temu saya yang dirugikan sudah berkali-kali datang dengan tenaga, pikiran materi bukannya untung malah buntung.

Ada juga nasabah yang memang benar-benar mengakui. Awalnya nasabah ini rutin membayar cicilan, tak pernah telat setiap bulan selalu datang sendiri ke kantor, tapi kenapa ada tagihan dalam data saya, apakah ini kesalahan pengurus, ataukah mereka memang sudah lunas, ataukah hanya mengelak tidak mau bayar, ternyata datanya amburadul. pengakuan nasabah katanya “saya bayar tiap bulan dipotong gajih bahkan kalau hitung-hitungan BKPT yang harus mengembalikan uang pada saya, namun sayang itulah mungkin kesalahan saya yang terlalu percaya kepada BKPT sehingga tidak pakai tanda bukti” dan lain-lain alasannya. Nasabah seperti inilah yang merugikan saya karena uang bensin dan uang makanpun ikut melayang karena tidak ada uang masuk.

Selain menghadapi nasabah yang sulit sekali ditagih dan jarak rumah nasabah yang jauh, tantangan lain yang dihadapi tukang tagih adalah target harus mendapatkan uang nasabah. Ada minimal tagihan yang harus didapatkan supaya uang makan bisa cair. Kalau tidak memenuhi target, jangan harap dapat uang makan. Apalagi saat data yang ditagih tidak akurat karena nasabahnya sudah tidak punya utang.

Sebenarnya itu juga bukan merupakan sepenuhnya kesalahan para nasabah anggota BKPT yang punya utang ke BKPT, Sebelumnya mereka lancar bayar tagihan, ada yang langsung datang ke kantor BKPT, ada yang di kolektif di salah seorang guru, tapi yang disayangkan tanda buktinya banyak yang tidak ada. ternyata oh ternyata banyak orang yang mengatakan bahwa ini adalah kesalahan para pengurus BKPT.

Nah, dengan kondisi nasabah yang sudah tak mau membayar sama sekali karena merasa sudah lunas pada akhirnya yang dirugikan adalah saya pribadi. Target untuk mendapatkan tagihan tak tercapai,uang makan tak pernah cair, gaji pokok tidak ada, buat transport dan makan sehari-hari terpaksa cari sampingan lain. Ditambah lagi motor Vixion saya harus ganti oli, rante kopling dan lainnya. “Di lanjut nagih rugi tidak di lanjut tanggung malah lebih rugi.

Mungkin itulah sedikit kisah bagi seorang tukang tagih di koperasi yang gulung tikar, bagi kalian yang ingin melamar kerja sebagai penagih utang di sebuah koperasi atau bank swasta, mungkin pengalaman di atas bisa jadi sedikit referensi.

Penulis : R. Rahman Hadian

Komentar

Tampilkan

  • KISAH NYATA PENAGIH HUTANG BKPT CIAWI
  • 0

Terkini