Tasikmalaya,media tindak.com-----Ternyata kemampuan mengolah kata menjadi suatu bahasa yang indah, dengan memenuhi kaidah bahasa yang baik dan benar, yang terangkum dalam karya tulis akan membuahkan hasil yang gemilang.
Seperti hal nya dengan penulis asal Tasikmalaya Utara, Solihah Nurhayati,S.Pd, melalui tulisannya dalam buku Antologi Carpon Sunda, "Geuning Bulan Caang Deui," ia berhasil mendapatkan Piagam Penghargaan, "Parasamya Susastra Nugraha" dari Yayasan Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat ( YPPKJB) pada 17 Nopember 2020.
Menurut Solihah Nurhayati,S.Pd, seharus nya Piagam Penghargaan Tingkat Nasional ini diterima pada bulan Agustus, tapi karena Covid19 masih mendera ahirnya Piagam diterima pada 17 Nopember 2020, setelah sebelumnya semua pemenang yang dekat ke Bandung, diundang di Hotel Ciater Subang.
Anugerah Parasamya Susastra Nugraha adalah merupakan penghargaan bergengsi yang setiap tahunnya diberikan kepada 100 pengajar dan penulis yang tersebar diberbagai pelosok Nusantara. Selain sebagai bentuk apresiasi Sastra, juga sebagai pemacu dan pemicu untuk lebih meningkatkan kreatifitas dalam kepenulisan.
Ada pun para penulis dan pengarang yang menjadi peserta pada penulisan adalah mayoritas para guru di Sekolah Dasar, SMP, SMA, sampai para Dosen di perguruan tinggi. Kebetulan Solihah Nurhayati sendiri guru di SDN1 Sukaratu, Kecamatan Sukaresik. Ia penulis aktip bahasa Sunda di Majalah Atikan sampai saat ini.
Solihah Nurhayati,S.Pd sendiri adalah Sarjana Sastra Indonesia jebolan STKIP Siliwangi, Bandung, namun ia lebih banyak menulis dalam bahasa Sunda. Solihah Nurhayati yang akrab disapa "Enur", menempuh pendidikan di SDN 1 Sukaratu, terus ke SMPN Panumbangan,Ciamis, selanjutnya masuk ke SPG Negeri Tasikmalaya, sampai ahirnya duduk di bangku kuliah di STKIP Siliwangi, Bandung.
Sejak duduk di bangku SPG ia sudah rajin menulis dan mengisi pada Majalah Dinding, dan koran koran kecil. Ia pun semakin memantapkan hobi nya sebagai penulis di Majalah Atikan, sampai ahirnya terpilih sebagai penerima Anugerah Parasamya Susastra Nugraha tahun 2020.
Selain sebagai penulis Bahasa Sunda, Solihah Nurhayati juga ahli pidato Basa Sunda atau Biantara, dimana pada tahun 1997 memenangi lomba Pidato Bahasa Sunda se Kabupaten Tasikmalaya.
"dengan anugerah Parasamya Susastra Nugraha ini, diharapkan kepada generasi muda khusus nya, agar bisa menjaga dan melestarikan bahasa ibu, bahasa Sunda, bahasa rasa. Saya khawatir dengan generasi masa kini yang sudah asing dengan istilah istilah basa Sunda. Mereka menjadi asing dengan bahasa Sunda, padahal bahasa karuhun (nenek moyang)," Kata nya kepada TINDAK.
"justeru muda mudi sekarang merasa lebih hebat dengan bahasa asing. Kalau bahasa Sunda dipandang kampungan. Ini yang menjadi keprihatinan kita, maka melalui Penghargaan ini, diharapkan akan bisa memotipasi generasi millenial untuk menjaga dan menyintai bahasa Sundara," papar Solihah Nurhayati mengahiri percakapan dengan TINDAK.
Kini wanita kelahiran 2 Juni 1956 itu, menikmati masa pensiunnya bersama sang suami Dayat Sukenda yang juga merupakan penulis aktip di Majalah Atikan. Sekarang ia menetap di Kampung Babakan Nangsi, Desa Sukaratu, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Terahir ia pensiun dari Kepala Sekolah di SDN 1 Sukaratu pada tahun 2016, namun tidak mengendorkan semangat nya untuk terus menulis. Menuangkan pemikiran dan imajinasi dalam bingkai kata bermakna. Sambil menjaga kelestarian bahasa Sunda, ia tak lelah menyisipkan pesan pesan moral pada setiap karya tulis nya bagi para pembaca.***Dudi Daudi