Tasik Utara, TINDAKmedia.com- Bagi umat
lslam yang ada di Pulau Jawa, setiap memasuki tahun baru Hijriyah atau tanggal
1 Muharram, ada sebagian masyarakat yang merayakannya dengan rasa sukur dan
suka cita. Seperti di Surakarta dan Yogyakarta diadakan ritual Gerebeg Sura
dengan mengarak kebo Bule keliling alun alun dan keratonan. Selama berjalan
tidak boleh bicara alias ‘’ngebudek’’. Terlepas dari apa yang dipertontonkan,
yang jelas bagi mereka adalah sebuah puja puji bagi Gusti Sang Hyang Widi atau
Alloh SWT. Sebagai bentuk penyerahan diri dengan bersukur atas nikmat dan
karunianya.
Sedangkan bagi sebagian masyarakat lainnya untuk
mengisi dan merayakan setiap tanggal 1 Muharram itu dengan mengadakan karnaval
yang diikuti oleh masyarakat dan lembaga pendidikan agama, baik dari ponpes
atau pun Madrasah dan sekolah umum lainnya. Menunjukkan syiar lslam yang terus
bersinar dan membawa keselamatan bagi umat manusia di dunia. Bahkan bukan hanya
di lndonesia, di Malaysia, Brunai, Pakistan, lndia dan lran, sebagian
masyarakatnya beramai ramai membuat Bubur Sura dengan aneka ragam rasa dan
corak yang berbeda sesuai selera.
Ternyata dilingkungan masyarakat kita masih ada juga
yang masih kuat mempertahankan tradisi bubur Sura, meski pun pada saat ini
sudah jarang dilakukan, bahkan sudah hampir tidak ada. Di SDN Cisema yang
lokasinya diujung utara kabupaten Tasikmalaya, acara ‘’ngabubur Sura’’ masih
terus dijaga dan dipelihara sebagai warisan budaya lslam yang ada nilai
positipnya.
Menurut Asep Gunawan, S.Ag, M.Pdl yang mengajar di SDN Cisema, tradisi bubur sura ini sangat khas dan harus dipertahankan karena mengandung nilai nilai religi yang edukatif.
‘’dalam prosesi bubur Sura itu terkandung nilai nilai islami,
seperti kita harus mensyukuri nikmat sehat dan keselamatan, juga rejeki yang
berkah. Bukan hanya itu tapi juga memupuk rasa soildaritas dan saling berbagi
rejeki. Hal inilah justru yang kita harapkan dari mubur sura’’ paparnya kepada
TINDAK saat ditemui dikantornya.
‘’bukan kewajiban karena kalau tidak dilaksanakan juga tidak akan menjadi dosa, hanya kami sangat menghargai tradisi yang khas dan unik ini. Sudah hampi