Ma Aah Nenek Jompo yang Terus Berjuang Mengais Rupiah
TINDAK MEDIA.COM, Tasik Utara---Ma Aah adalah pejuang Ekonomi yang masih kuat bertahan sampai saat ini, meski diusianya yang sudah tak muda lagi. Pada usia nya yang ke 90 tahun, ia masih giat menjalani kehidupannya dengan jualan Kupat Tahu, didepan pintu gerbang pemandian Cipanas, Cipacing, Pagerageung.
Ia tidak pernah mengeluh dan meminta, semua dijalaninya dengan sabar dan apa adanya, seperti air yang mengalir kemana ia ikuti tapi konsekwen dengan prinsip hidupnya yang teguh. Jaman boleh berubah dengan istilah generasi millenial dan apa pun namanya, bagi Ma Aah tak ada pengaruhnya, karena kalau tidak jualan Kupat Tahu ia tidak bisa makan.
Ma Aa adalah saksi sejarah pada masa kolonial Belanda, Dai Nippon, Revolusi Kemerdekaan, sampai gejolak pemberontakan PKI dan Dl/Tll. Ia sudah kenyang dengan asam garamnya kehidupan, makanya usaha dagang Kupat Tahu (Tangkoah) yang digelutinya sejak tahun 1968 merupakan anugrah yang selalu disukuri.
Ada sedikit yang disampaikan kepada TINDAK saat menjajal kuliner ala Ma Aah dilapaknya, bahwa ia selama ini tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Padahal ia sudah jompo dan hanya mengandalkan jualan kupat tahu dengan penghasilan yang pas pasan. Kepala dusun atau aparat desa seharusnya memperhatikan orang kecil seperti dirinya, itulah yang diungkapkan Ma Aah. Sementara banyak ketimpangan yang terjadi, bantuan diberikan kepada yang mampu secara ekonomi, karena data tidak valid.
Nah kalau Ma Aah saja sudah begitu hebatnya berjuang mempertahankan kehidupan, bagaimana dengan anak anak muda masa kini?? apakah akan terjebak oleh gemerlap kehidupan yang semu dan menina bobokan. Ma Aah adalah motipasi dan sumber inspirasi untuk bekerja dan berkarya, tanpa pamrih dan keluh kesah. Ulet dan tahan banting***TIME
TINDAK MEDIA.COM, Tasik Utara---Ma Aah adalah pejuang Ekonomi yang masih kuat bertahan sampai saat ini, meski diusianya yang sudah tak muda lagi. Pada usia nya yang ke 90 tahun, ia masih giat menjalani kehidupannya dengan jualan Kupat Tahu, didepan pintu gerbang pemandian Cipanas, Cipacing, Pagerageung.
Ia tidak pernah mengeluh dan meminta, semua dijalaninya dengan sabar dan apa adanya, seperti air yang mengalir kemana ia ikuti tapi konsekwen dengan prinsip hidupnya yang teguh. Jaman boleh berubah dengan istilah generasi millenial dan apa pun namanya, bagi Ma Aah tak ada pengaruhnya, karena kalau tidak jualan Kupat Tahu ia tidak bisa makan.
Ma Aa adalah saksi sejarah pada masa kolonial Belanda, Dai Nippon, Revolusi Kemerdekaan, sampai gejolak pemberontakan PKI dan Dl/Tll. Ia sudah kenyang dengan asam garamnya kehidupan, makanya usaha dagang Kupat Tahu (Tangkoah) yang digelutinya sejak tahun 1968 merupakan anugrah yang selalu disukuri.
Ada sedikit yang disampaikan kepada TINDAK saat menjajal kuliner ala Ma Aah dilapaknya, bahwa ia selama ini tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Padahal ia sudah jompo dan hanya mengandalkan jualan kupat tahu dengan penghasilan yang pas pasan. Kepala dusun atau aparat desa seharusnya memperhatikan orang kecil seperti dirinya, itulah yang diungkapkan Ma Aah. Sementara banyak ketimpangan yang terjadi, bantuan diberikan kepada yang mampu secara ekonomi, karena data tidak valid.
Nah kalau Ma Aah saja sudah begitu hebatnya berjuang mempertahankan kehidupan, bagaimana dengan anak anak muda masa kini?? apakah akan terjebak oleh gemerlap kehidupan yang semu dan menina bobokan. Ma Aah adalah motipasi dan sumber inspirasi untuk bekerja dan berkarya, tanpa pamrih dan keluh kesah. Ulet dan tahan banting***TIME