Tasikmalaya.tindakmedia.com Siapa yang tidak mau diberi dan mendapat jaminan hidup dari pemerintah, apalagi hanya dengan modal kartu PKH. Tidak usah capek capek kerja diladang atau jadi kuli pikul barang yang penting namanya terdaptar dalam data keluarga tidak mampu.
Belakangan ini Program Keluarga Harapan banyak menuai protes dan kekecewaan ditengah masyarakat karena dinilai banyak yang tidak tepat sasaran. Bayangkan saja ada orang mampu dan maju ekonominya ikut antri untuk mengambil uang dikantor pos. Sementara banyak orang miskin yang harus dibantu hanya menjadi penonton sambil menelan air ludah.
Salah satu bukti faktual yang layak mendapat PKH tetapi sebaliknya tidak mendapatkan adalah keluarga Yadi(54) warga kp.Leles Hilir Rt.03 Rw.02 Desa Kurnia Bakti,Kecamatan Ciawi, Kab.Tasikmalaya. Padahal yadi tergolong keluarga miskin dan tidak mampu. Ia hanya sebagai tukang ojek yang biasa mangkal dipinggir pintu rel KA Ciawi.
Beban hidupnya semakin berat karena anak sulung yang biasa membantunya dalam mencari nafkah, saat ini harus terbaring lemah karena tertimpa musibah kecelakaan. Dalam waktu 2 hari sekali harus kontrol, sedangkan kondisinya sudah 3 bulan terbaring dialas tikar. Tambah lagi ketiga anaknya yang masih "barongkeakan".
Dalam rumah kecil ukuran 4x4 yang sumpek, Yadi hanya bisa mengurut dada. Pasrah dalam kebingungan dan kesedihan yang dalam."duh gusti kieu kieu teuing nasib teh, mun kabere kartu PKH jeung RTLH moal ripuh ripuh teuing meureun" gerutunya sedih.
Masih banyak rakyat yang lebih berhak untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah, namun hanya karena data yang salah. Pihak pemerintah tidak mau peduli. Lebih menuruti data yang salah ketimbang membantu yang lemah. Padahal hanya sekedar merubah data yang asli dan kongrit kenapa harus takut ??.
Disini dibutuhkan kehadiran pemimpin yang memegang wewenang untuk berani mengambil keputusan yang tegas. Lebih berpihak kepada bukti nyata bahwa simiskin harus dibela dan diperhatikan dengan mengesampingkan data pada kertas yang jelas salah kaprah.
Data BPS 2011 kalau memang sudah tidak valid jangan digubris. Percuma saja kalau hanya membuat kekecewaan dan kecemburuan ditengah rakyat miskin yang tak menerima bantuan.***dad/suhara nataamipraja